Jumat, 16 Desember 2016

Jepang Kerahkan 'Jaring Raksasa' untuk Atasi Sampah Antariksa

LPM-UBB, UBB Kebayang tidak jika kamu membayangi ada ratusan ribu keping objek buatan manusia menggambang di atas sana jatuh ke kepala kamu ? Bisa saja loh. Nah, kalian tau tidak Bumi ini sudah banyak disesaki dengan sampah antariksa yang merupakan bongkahan satelit atau roket mati yang menumpuk. Bahkan dikabarin juga sarung tangan astronot juga ada pada 1965.
Bukan tanpa resiko, Pada Selasa 10 Februaru 2009. Satelit komersial milik Amerika Serikat Iridium bertabrakan dengan pesawat Rusia, Kosmos 2251 yang saat ini tak lagi berfungsi pada ketinggian 800 kilometer di atas langit Siberia.

                                                                                                                                              Jaring ctrodynamic tether

Badan Antartika Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan, akibat tabrakan tersebut tercipta “awan” atau kepulan puing-puing yang pergeraknya bisa dilacak pada masa depan.

Bukan tidak mungkin jika puing-puing itu terjatuh di kepala kamu. Di Brasil, Seorang nelayan menemukan objek seukuran mobil mengapung da nada logo Badan Antariksa Inggris atau United Kingdom Space Agency yang menempel di sana.

Tak hanya itu, pada September 2016, sejumlah benda misterius berjatuhan dari langit di atas Pulau Madura. Di laut, di darat, bahkan di dekat kandang sapi yang nyaris hancur karenanya. Dua kambing pun mati saat itu. Ternyata itu adalah pecahan roket Falcon 9 FT buatan Space X.
Untuk mengurangi risiko bahaya akibat sampah antariksa ini, Jepang meluncurkan pesawat kargo yang dilengkapi jaring selebar 700 meter yang akan dihunakan untuk mengenyahkan sejumlah besar puing-puing itu dari orbit Bumi.
Jaring yang berbuat dari helaian aluminium dan kawat baja didesain untuk memperlambat pergerakan sampah antariksa itu, dengan menariknya keluar dari orbit.

Ternyata, peralatan inovatif tersebut dibuat dengan bantuan perusahaan jaring ikan.

Diperkirakan ada 100 juta keping sampah antariksa di orbit Bumi, termasuk bagian satelit tua, segala peralatan buatan manusia, dan pecahan roket.

Kebanyakan dari objek tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi di sekitar Bumi. Lajunya bahkan bisa mencapai 28.000 km/jam. Karena itu, sampah antariksa tersebut bisa memicu malapetaka jika sampai jatuh di kawasan padat penduduk.

Atau setidaknya, sampah antariksa juga bisa merusak jaringan telekomunikasi yang berada di orbit.
Sejak Sputnik 1 diluncurkan Uni Soviet pada 1957, sampah-sampah antariksa terus terakumulasi.
Pesawat kargo otomatis yang dilengkapi jaring-- yang disebut Stork (bangau) atau Kounotori dalam bahasa Jepang -- akan terikat dengan Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS).

Pesawat antariksa itu diberangkatkan dari Tanegashima Space Center di Pasifik Utara.

Para ahli mengatakan, jaring yang dilumasi dan memiliki kekuatan elektro-dinamis itu akan menghasilkan energi yang cukup untuk mengubah orbit sampah, mendorongnya agar terbakar di atmosfer.

Perusahaan pembuat jaring ikan Jepang yang berusia 106 tahun, Nitto Seimo Co, berkolaborasi dengan Badan Antariksa Jepang (JAXA) untuk mengembangkan bahan jaring. 

Upaya ini adalah bagian inisiatif internasional yang dirancang untuk membuat angkasa luar lebih aman bagi astronot dengan menyingkirkan sampah antariksa.

Diharapkan, cara itu juga akan memberikan perlindungan yang lebih baik untuk stasiun antariksa, juga satelit cuaca dan komunikasi yang nilainya miliaran dolar.

Para ahli mengatakan ada keuntungan finansial besar jika upaya itu berhasil -- dengan meminimalkan risiko. Namun, sejumlah ilmuwan memperingatkan, skema Jepang hanya akan bekerja untuk potongan sampah yang besar.



(fee)