Rabu, 09 November 2016

MENJAWAB ISU PROBLEMATIKA REMAJA


                                         Rani Dian Sari (Foto: Doc Pribadi)
Dilema dalam proses pencarian jati diri menjadi permasalahan remaja saat ini, kondisi ini sangat mngkhawatirkan, mulai dari pergaulan bebas, HIV/AID hingga masalah Narkoba menjadi suatu permasalahan yang tidak bisa dipandang sebelah mata serta harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Remaja adalah waktu dimana manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja ini, manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut sebagai  anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. 

Menurut WHO usia dimana remaja disebut dewasa yaitu berada pada usia 15-19 tahun. Pencarian jadi diri menjadi dilema para remaja dalam proses pencarian jati diri tersebut. mulai dari pergaulan dalam memilih teman, tidak sedikit yang terjerumus dalam pergaulan bebas, misalnya  Melakukan free sex yang jelas-jelas perbuatan yang melanggar norma agama. Pergaulan bebas yang marak terjadi sekarang tidak hanya disebabkan oleh individu remaja tersebut, selain pengaruh teman Ketidakbukaan terhadap sesama anggota keluarga menjadi salah satu penyebab mengapa remaja sekarang sering mencari kesibukan yang mengarah pada hal-hal yang berbau negatif seperti seks bebas. Sek bebas adalah melakukan hubungan seksual yang dilakukan seseorang bersama orang lain tanpa ikatan pernukahan yang sah menurut agama dan hukum. Rasa keingintahuan terhadap sesuatu hal yang mendorong remaja zaman sekarang banyak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Ditambah lgi dengan berbagai fasilitas teknologi dalam mengakses berbagai situs yang kurang bahkan tidak mendidik sama sekali. Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa kesehatan di salah satu SMU di babel diperoleh hasil bahwa  40% siswa SMU pernah melakukan hubungan seksual. Hasil temuan lapangan diketahui bahwa beberapa anak usia sekolah ditemukan sebagai pelanggaran seks di lokalisasi. bahkan kita temui berita yang belum lama terjadi tentang dua orang remaja yang berciuman ditempat umum pada siang hari tepat pada buan suci ramadahan di ibu kota provinsi Bangka Belitung.. Kondisi ini menunjukkan bahwa sek bebas merusak mental remaja. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya remaja yang menikah pada usia dini dimana kondisi secara mental belum siap sehingga berakhir pada kekerasan dalam rumah tangga atau yang lebih dikenal dengan KDRT bahkan berakhir pada perceraain.

Maraknya seks bebas yang dilakukan remaja sekarang dengan berganti-ganti pasangan merupakan faktor penyebab terjangkitnya penyakit menular seperti HIV/AIDS. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Remaja atau orang dewasa yang sering berganti-ganti pasangan akan lebih beresiko terkena HIV AIDS. Pada tahun 2012 ada 2 pelajar Bangka Belitung yang mendapat beasiswa kuliah keluar daerah terinfeksi hiv karena seks berganti pasangan. akhirnya pelajar tersebut dihentikan beasiswanya oleh kabupaten yang mengirim. Dampak yang ditimbulkan dari terjangkitnya penyakit HIV AIDS karena berganti-ganti pasangan berdampak juga pada pendidikan remaja tersebut. bahkan Penyakit HIV AIDS adalah penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Secara umum orang yang terjangkit penyakit HIV sama halnya dengan orang sehat, tidak ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut sudah terinfeksi HIV. bahkan pengidap hiv dalam jangka waktu 5-10 tahun tidak menunjukkan gejala apa pun atau lebih tepatnya sama seperti orang sehat.

             Permasalah yang ketiga yag dihadapi remaja saat ini adalah Narkoba, masalah narkoba bukan hanya menjadi masalah remaja namun menjadi masalah diseluruh indonesia khususnya Bangka Belitung. Beberapa tahun terakhir Bangka Belitung menjadi salah satu provinsi darurat narkoba. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya jumlah pengedar dan pengguna narkoba diprovinsi Bangka Belitung. Rasa ingin tahu mendorong remaja dalam mengkonsumsi narkoba. Menurut WHO (1982) narkoba adalah Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal. Tujuan mereka tidak lain adalah mencari hal-hal yang menyenangkan, merubah perasaan atau mood (suasana hati) bagi orang tersebut. selain itu mereka tidak pernah membayangkan sebuah kerugian yang didapat dari narkoba tersebut, mulai dari fisik yang sudah sangat perlu dipertayakan kesehatannya, kondisi keuagan dengan keadaan si pelaku berbohong kepada orang tua untuk mendapatkan uang agar bisa membeli narkoba. Hal ini perlu dikaji dalam lingkungan keluarga, keterbukaan keluarga antara anak dengan orang tua seperti apa, serta kondisi komukasi antara dua pihak tersebut. selain itu lingkungan dimana remaja tersebut menghabiskan waktunya missalnya sekolah beserta kegiatannnya untuk memantau apakah remaja tersebut menggunakan narkoba. Pemantauan terhadap lingkungan luar atau pengaruh luar yang menyebabkan masalah remaja dalam proses pencarian jati diri.  Dalam hal ini tentunya pencegahan menjadi fokus utama dalam meminimalisir terjadinya kenakalan remaja. Peningkatan kualitas pendidikan terutama terkait dengan life skill education, education livehood dan character building. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak remaja, guna meningkatkan derajat kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Kampanye dan seminar anti narkoba sangat berperan dalam penyebaran informasi tentang penyalahgunaan narkoba di Bangka Belitung. Terjalinnya kondisi komunikasi yang baik antar anggota keluarga sehingga keluarga mampu menjadi wadah dalam segala permasalahn yang sedang dihadapi remaja. Pada dasarnya semua hal tersebut kebali lagi kepada individu dalam membentengi diri masing-masing. Sebesar apapun faktor kontribusi dan seluas apapun faktor lingkungan, namun apabila individu (seorang remaja) memiliki pertahanan diri yg kuat & kepribadian yg mantap mampu mengarahkan diri kepada hal-hal atau perilaku yang tidak menjurus pada penyimpangan. Sampai sekarang Dilema dalam proses pencarian jati diri menjadi soal yang seakan-akan tidak ditemukan jawaban bagi remaja sekarang dalam menyikapi hal tersebut.
(rds)

Tidak ada komentar:
Write komentar